BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata merupakan alat optic yang paling dekat dengan kita dan merupakan system optic yang paling penting. Dengan mata kita dapat melihat apapun yang ada di dunia ini, berupa keindahan dalam sekitar kita. Namun banyak manusia yang menggunakan matanya untuk melihat hal-hal yang seharusnya tidak dilihat. Sekarang ini banyak sekali masalah yang berhubungan dengan mata, seperti: katarak, rabun jauh, rabun dekat, iritasi mata, mata yang mudah lelah dan maih banyak lagi. Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih maka masalah tentang mata dapat diatasi secara optimal.

Pada zaman dulu orang mengira bahwa benda-benda disekitar dapat dilihat oleh karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Pada abad pertengahan Alhazan (965-1038) seorang Mesir di Iskandaria berpendapat bahwa benda disekitar itu dapat dilihat oleh karena benda-benda tersebut memantulkan cahaya atau memancarkan cahaya yang masuk ke dalam mata. Teori ini akhirnya diterima sampai abad ke XX ini.

B. Perumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan mata atau penglihatan?
2. Sebutkan bagian-bagian yang terdapat pada mata?
3. Bagaimana pembentukan bayangan pada mata?
4. Bagaimana cara mengetahui/menghitung ketajaman penglihatan mata manusia?
5. Daya akomodasi mata manusia tergantung pada apa?
6. Jelaskan tentang penyimpangan penglihatan dan teknik koreksinya?
7. Bagaimana cara mata menangkap cahaya?
8. Bagaimana cara mata menyesuaikan terhadap keadaan terang dan gelap?
9. Bagaimana tanggap warna pada mata manusia?
10. Sebutkan peralatan dalam pemeriksaan mata dan lensa?
11. Apa cirri mata yang buta warna?

C. Tujuan
- Mengetahui jenis cacat mata dan cara untu menolong cacat mata
- Mengetahui bagian-bagian pada mata
- Dapat mengetahui cara pembentukan bayangan pada mata
- Mengetahui peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan mata
- Dapat menegetahui jenis penyimpangan penglihatan dan teknik koreksinya.
BAB II
PEMBAHASAN
MATA
Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan untuk membedakan gelap atau terang tergantung atas penglihatan seseorang. Ada tiga komponen pada pengindraan penglihatan yaitu :
a. Mata memfoskuskan bayangan pada retina
b. System syaraf mata yang memberi informasi ke otak
c. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut.

A. Alat Optik Mata
1. Retina
Terdapat rod/batang dank ones/kerucut: fungsi rod untuk melihat pada malam hari sedangkan kone untuk melihat pada siang hari. Pada retina ini akan dilanjutkan ke syaraf optikus.
2. Foura sentralis
Daerah cekung yang berukuran 0,25 mm di tengah-tengahnya terdapat macula lutea (bintik kuning).

3. Kornea dan lensa
Kornea merupakan lapisan mata paling depan dan berfungsi memfokuskan benda dengan cara reflaksi, tabalnya 0,5 mm sedangkan lensa terdiri dari kristal mempunyai dua permukaan dengan jari-jari kelengkungan 7,8 mm fungsinya adalah mengfokuskan objek pada berbagai jarak.
4. Pupil
Di tengah-tengah iris terdapat pupil yang fungsinya mengatur cahaya yang masuk. Apabila cahaya terang pupil menguncup demikian sebaliknya.
5. Iris
Merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan mata dapat membedakan warna
6. Aquapuos humor
Merupakan cairan mata
7. Syaraf optic
Merupakan syaraf yang menyampaikan informasi tentang kuat cahaya dan warna keotak.

System optic mata serupa dengan kamera TV bahkan lebih mahal oleh karena:
Mata bias mengamati objek dengan sudut yang sangat besar
Tiap mata mempunyai kelopak mata dan ada cairan lubrikasi
Dalam satu detik dapat memfokuskan objek yang berjarak 20 cm
Mata sangat efektif dan intensitas cahaya 1010 : 1
Diagragma mata diatur secara otomatis oleh iris
Kornea terdiri dari sel-sel hidup namun tidak mendapat vaskularisasi
Tekanan bola mata diatur secara otomatis sehingga mencapai 20 mmHg
Tiap mata dilindungi oleh tulang
Bayangan yang terbentuk oleh mata akan diteruskan ke otak
Bola mata dilengkapi dengan otot-otot mata yang mengatur gerakan bola mata. Kelumpuhan pada salah satu otot mata akan timbul gejala yang disebut strabismus (mata juling). Ada 3 macam strabismus yaitu strabismus horizontal, vertical dan torsional.
B. Pembentukan Bayangan Pada Mata
Mata bias melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda sampai pad amata dengan cukup, kemudian lensa mata akan membentuk bayangan yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil pada retina. Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan serat saraf yang menutupi permukaan belakangnya. Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh kerja otot siliari. Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan mengendur dan system lensa korna berada pada panjang focus maksimumnya, kira-kira 2 cm, jarak dari kornea ke retina. Apabila benda didekatkan, otot sisliari akan meningkatkan kelengkungan lensa, yang dengan demikian akan mengurangi panjang fokusnya sehingga bayangan akan difokuskan ke retina. Proses ini disebut akomodasi.
Persamaan pembentukan bayangan pada mata dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :
P =

C. Kegiatan Penglihatan
Ketajaman penglihatan digunakan untuk menentukan penggunaan kaca mata, diklinik dikenal dengan istilah visus. Sedangkan dalam fisika, ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata), tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan mengenai baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus adalah nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil dimana sebuah benda masih dapat dilihat dan dapat dibedakan.
Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu snellen, dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan, misalnya mata normal pada waktu diperiksa diperoleh 20/40, berarti penderita dapat membaca huruf pada 20 ft, sedangkan bagi mata normal dapat membaca pada jarak 40 ft, (1ft = 5 m). dengan demikian dapat dirumuskan dengan persamanaan :
d = Jarak yang dapat dilihat oleh penderita
D = Jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
Penggunaan Kartu Snellen ini kualitasnya kadang-kadang meragukan oleh karena huruf yang sama besarnya mempunyai derajat kesukaran yang berbeda, demikian pula huruf dengan ukuran berbeda kadang-kadang tidak sama bentuknya. Untuk menghindari kelemahan-kelemahan itu telah diciptakan kartu cincin landolt. Kartu ini mempunyai sejumlah cincin berlubang, diatur berderet yang sama besar, dengan lubang yang arahnya keatas, kebawah, krkiri dan kekanan. Dari atas kebawah cincin itu diatur agar lubangnya mengecil secara berangsur-angsur. Penderita disuruh menunjukkan deretan cincin tersebut hingga cincin terkecil tanpa salah. Angka visus ini dapat dengan menghitung sudut dimana cincin landolt itu diamati.

D. Daya Akomodasi
Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tetap demikian pula bola mata (diameter bola mata 20-23 ml). kemampuan lensa mata untuk memfokuskan objek disebut daya akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat semakin kuat mata/lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia makin tua daya akomodasi semakin menurun. Hal ini disebabkan kekenyalan lensa/elastisitas lensa semakin berkurang.

Table kolerasi antara jarak titik dekat dengan berbagai usia
Umur (tahun) Titik Dekat (cm)

10 7
20 10
30 14
40 22
50 40
60 200

Jarak terdekat dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak pada “titik dekat”/punktum proksimum. Jarak punktum proksimum terhadap mata dinyatakan P (dalam meter) maka P disebut AP (Aksial Proksimum), pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya (mata berakomodasi maksimum). Jarak terjauh bagi benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak pada titik jauh. Jarak punctum remotum terhadap mata dinyatakan r (dalam meter) maka r disebut Ar (Aksial proksimum), pada saat ini mata tidak berakomodasi/lepas akomodasi
Selisih Ap dengan Ar diebut lebar akomodasi, dapat dinyatakan :
Ac = Ap – Ar
Ac = lebar akomodasi yaitu perbedaan antara akomodasi maksimal dengan lepas akomodasi maksimal.
Secara empiris Ac = 0,0028 (80 tahun – L)2 diptri
L = Umur dalam tahun
Bertambah jauhnya titik dekat akibat umur disebut mata prebyop. Presbyop ini bukan merupakan cacat penglihatan. Ada satu dari sekian jumlah orang tidak mempunyai lensa mata. Mata demikian disebut mata afasia.

E. Penyimpangan Penglihatan dan Teknik Koreksi
Mata yang mempunyai titik jauh terhinga akan memberi bayangan benda secara tajam dan selaput retina, dikatakan mata emetropia. Sedangkan mata yang mempunyai titik jauh yang bukan tak terhingga, mata demikian disebut mata ametropia. Mata emetropia mempunyai punktum proksimum sekitar 25 cm, disebut mata normal, sedangkan mata emetropia yang mempunyai punktum proksimum lebih dari 25 cm disebut mata presbiopia.


Mata ametropia mempunyai dua buah bentuk :
a. Miopia (penglihatan dekat)
b. Hipermetrop (penglihatan jauh)

Miopi
Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu kecil disebut mata myopia. Mata myopia ini bentuk mata terlalu lonjong maka benda berjauhan tak terhingga akan tergambar tajam didepan retina. Mata seperti ini dapat melihat tajam benda pada titik dekat tanpa akomodasi. Dengan akomodasi kuat akan terlihat benda yang lebih dekat lagi.
Hipermetropia
Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu besar dikatakan hipermetropia kalau diperhatikan bola mata hipermetropia maka akan terlihat bola mata yang agak gepeng dari normal. Mata yang demikiamn itu tanpa akomodasi bayangan tak terhingga akan terletak dibelakang retina, tetapi kadang kala dengan akomodasi akan terlihat bendayang jauh tak terhingga secara tajam bahkan dapat melihat benda-benda berada berada dekat di depan mata. Baik niopi maupun hipermetropia kelaianannya terletak pad aporos yang disebut ametropia poros.
Selain myopia dan hipermetropia, ada salahs atu kelainan pad alensa mata yaitu astigmatisma. Astigmatisma terjadi apabila salah satu komponen system lensa menjadi bentuk telur dari pada sferis. Tambahan pula kornea atau lensa kristaline menjadi memanjang ke salah satu arah. Dengan demikian radius kurvatura menjadi lebih besar pada arah memanjang. Sebagai konsekuensi berkas cahaya yang masuk lewat kurvatura yang panjang akan difokuskan dibelakang retina sedangkan berkas cahaya yang masuk lewat kurvatura yang pendek difokuskan di depan retina. Dengan perkataan lain mata tersebut mempunyai pandangan jauh terhadap beberapa berkas cahaya dan berpandangan dekat terhadap sisa cahaya. Dengan demikian mata seseorang yang menderita astigmat tidak dapat memfokuskan setiap objek dengan jelas.
1. Teknik Koreksi
Setelah melalui pemeriksaan dokter mata dengan seksama maka ditentukan apakah penderita menderita presbiopia, hipermetropia, myopia, astigmatisma atau campuran (presbiopia dan myopia)
a. Mata Presbiopia
Pada mata presbiopia tidak ada masalah untuk melihat jauh. Yang menjadi masalah adalah melihat dekat, untuk itu penderita dianjurkan memakai kaca mata positif.
b. Mata Miopia
Mata demikian kemampuan melihat jauh dan dekat terganggu oleh karena letak punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu dekat sehingga dianjurkan memakai kaca mata negative.
c. Mata Hipermetropia
Mata demikian kemampuan melihat jauh dan dekat terganggu dimana punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu jauh sehingga dianjurkan memakai kaca mata positif.
d. Mata astigmatisma
Penderita yang mengalami mata astigmatisma akan terganggu penglihatannya tidak dalam segala arah, sehingga penderita ini dianjurkan memakain kaca mata silindris atau kaca mata toroidal. Penderita astigmatisma dengan satu mata akan melihat garis dalam satu arah lebih jelas dari pada kearah yang berlawanan.
e. Campuran
1. Ada penderita yang matanya sekaligus mengalami presbiop dan miop, maka mempuyai punktum proksium yang letaknya terlalu jauh dan punktum remotum terlalu kecil, penderita demikian memakai kaca mata rangkap yaitu kaca mata bifocal (negative diatas, positif dibawah)
2. Pada penderita yang hanya menderita presbiopia, myopia atau hipermetropia tanpa astigmatisma hanya memakai kaca mata berlensa sferis.
F. Medan Penglihatan
Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang dipergunakan alat perimeter. Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertical ± 155o.

G. Tanggap Cahaya
Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada 2 tipe fotoreseptor pada retina yaitu rod (batang) dan cono (kerucut). Rod dan cone tidak terletak pada permukaan retina melainkan beberapa lapis dibelakang jaringan saraf.
1. Distribusi rod dank one pada retina
a. Kone (kerucut)
Tiap mata mempunyai ± 6,5 juta cone dyang berfungis untuk melihat siang hari disebut fotopik. Melalui kone kita dapat mengenal berbagai warna, tetapi kone tidak sensitive terhadap semua warna, ia hanya sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang gelombang 550 nm). Kone terdapat terutama pada fovea sentralis.
b. Rod (batang)
Dipergunakan pada waktu malam hari atau disebut penglihatan skotopik, dan merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat kesamping. Setiap mata ada 120 juta batang. Distribusi pada retina tidak merata, pada sudut 20o terdapat kepadatan yang maksimal. Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru, hijau (510 nm)

H. Penyesuaian Terhadap Terang dan Gelap
Dari ruang gelap masuk ke dalam ruang terang kurang mengalami kesulitan dalam penglihatan. Tetapi apabila dari ruang terang masuk ke dalam ruang gelap akan tampak kesulitan dalam penglihatan dan diperlukan waktu tertentu agar memperoleh penyesuaian.
1. Mekanisme penyesuaian terang (cahaya)
Pada kerucut dan batang terjadi perubahan dibawah pengaruh energi sinar yang disebut foto kimia. Dibawah pengaruh fotokimia ini rhodopsi akan pecah, masuk ke dalam retine dan skotopsine. Retine akan tereduksi menjadi vitamin A dibawah pengaruh enzim alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN-H+H+ (=DNA) dan terjadi proses timbale balik (visa versa). Penyinaran dengan energi cahaya yang besar dan dilakukan secara terus menerus konsentrasi rhodopsin di dalam rod akan sangat menurun sehingga kepekaan retina terhadap cahaya akan menurun.
2. Mekanisme Penyesuaian gelap
Seorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya berada di ruangan terang, jumlah rhodopsi ini di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut tidak dapat melihat apa-apa di ruangan gelap. Selama berada diruangan gelap, pembentukan rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi rhodopsin akan mencapai akar yang cukuo dalam beberapa menit berikutnya sehingg akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu singkat. Selama penyesuaian gelap kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai 1000 hanya dalam waktu beberapa menit saja, kepekaan retina mencapai nilai 100.000 waktu yang diperlukan 1 jam.

I. Tanggap Warna
a. Teori Tanggap Warna
Kone berbeda dengan rod dalam beberapa hal yaitu kone memberi jawaban yang selektif terhadap warna, kurang sensitive terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod.l ahli faal Lamonov, Young Helmholtz berpendapat ada 3 tipe kone yang tanggap terhadap tiga warna pokok yang biru, hijau, merah.
1. Kone Biru
Mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya antara 400 dan 500 milimikron. Berarti kone biru dapat menerima cahaya ungu, biru, dan hijau.
2. Kone hijau
Berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekuensi antara 450 dan 675 milimikron. Ini berarti kone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, orange dan merah.
3. Kone merah
Dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahay tetapi respon terhadap cahaya orange kemerahan sagat kuat dari pada warna-warna lainnya.

b. Buta Warna
Jika seseorang tidak mempunyai kone merah, ia masih dapat melihat warna hijau, kuning, orange dan warna merah dengan menggunakan kode hijau, tetapi tidak dapat membedakan secara tepat antara masing-masing warna tersebut oleh karena tidak mempunyai kone merah untuk kontras/membandingkan dengan kone hijau. Demikian pola jika seseorang kekurangan kone hijau, ia masih dapat melihat seluruh warna tetapi tidak dapat membedakan antara warna hijau, kuning, orange dan merah. Hal ini disebabkan kone hijau yang sedikit tidak mampu mengkontraskan dengan kone merah. Jadi tidak adanya kone merah atau hijau akan timbul kesukaran atau ketidakmampuan untuk membedakan warna antra, keadaan ini disebut buta warna merah-hijau. Kasus yang jarang sekali, tetapi bias terjadi seseorang kekurangan kone biru, maka orang tersebut sukar membedakan warna ungu, biru dan hijau. Tipe buta warna ini disebut kelemahan biru.

c. Peralatan pada pemeriksaan mata
Ada tiga prinsip dalam pemeriksaan mata yaitu : pemeriksaan mata bagian dalam, pengukuran daya focus mata, pengukuran kelengkungan kornea.
Peralatan dalam pemeriksaan mata dan lensa ada 6 macam yaitu :
1. Opthalmoskop
2. Retinoskop
3. Keratometer
4. Tonometer dari schiotz
5. Pupilometer
6. Lensometer

1. Opthalmoskop
Alat inimula-mula dipakai oleh helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli. Ada 2 prinsip kerja opthalmoskop yaitu :
a. Pencerminan mata secara langsung
b. Pencerminan mata secara tak langsung
2. Retinoskop
Alat ini dipakai untuk menentukan resep lensa demi koreksi mata penderita tanpa aktifitas penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam posisi nyaman bagi si pemeriksa. Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik jauh mata akan difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan menghasilkan bayangan focus pada titik jauh pula.
3. Keratometer
Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukan pemakaian lensa kontak, lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang mengalami gangguan kelengkungan.
Ada 2 lensa kontak yaitu :
a. Hard contact lens/lensa kontak keras
b. Soft contact lens/lensa kontak lembut
4. Tonometer dari shiqtz
Pada tahun 1900 Schqtz (jerman) memperkenalkan alat untuk mengkur tekanan intraokuler yang dikenal dengan nama tonometer dari schiqtz dimodifikasi dengan kemudahan dalam pembacaan secara elektronik dan dapat direkam disebut tonograf. Goldman (1955) mengembangkan tonometer yang disebut Tonometer Goldman Aplanation; pengukuran dengan memakai alat ini penderita posisi duduk.
5. Pupilometer dari Eindhoven
Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari Eindhoven yiru lempengan kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu. Apabila melihat melalui lubang-lubang ini dengan latar belakang bersinar dan tanpa akomodasi.
6. Lensometer
Suatu alat yang dipakai untuk mengukur kekuatan lensa baik dipakai sipenderita atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut.
Prinsip dasar :
Menentukan focus lensa positif sangat mudah, dapat dengan cara :
a. Memfokuskan bayangan dari suatu obyek tak terhingga (missal matahari)
b. Memfokuskan bayangan dari suatu obyek yang telah diketahui jaraknya


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahawa mata merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita. Jenis-jenis mata yaitu mata normal (mata emetropi), mata normal memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga. Mata rabun jauh (miopi) disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang dari 25 cm (<> 25 cm) dan titik jauhnya pada jarak tak tearhingga. Mata tua (presbiopi), letak titik dekat maupun titik jauh telah bergeser, titik dekatnya lebih dari 25 cm dan titik jauhnya hanya berada pada jarak tertentu. Astigmatisma disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferis, tapi lebih melengkung pada satu sisi daripada sisi yang lain, dapat ditolong dengan kaca mata berlensa silindris. Mata campuran ini mengalami presbiopi dan miopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa rangkap atau bifocal (negatif diatas dan positif dibawah)
Mata memiliki beberapa bagian yang memiliki fungsi tertentu sebagai alat optik, yaitu kornea, iris, pupil, lensa mata, retina, aquapuous humor, syaraf optik. Cara pembentukan bayangan pada mata yaitu cahaya yang dipantulkan benda sampai pada mata dengan cukup, kemudian lensa mata akan membentuk bayangan yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil pada retina. Peralatan yang digunakan untuk memeriksa cacat mata adalah dengan menggunakan opthalmoskop, retinoskop, keratometer, tonometer dari schiotz, rupilometer dan lensometer.

2. Saran
Agar mata kita terhindar dari berbagai jenis cacat mata maka kita harus menjaga dan memelihara mata kita dari berbagai jenis cahaya yang tidak baik untuk mata kita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC
2. Kanginan M. 2002. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga
3. Ruslan Hani Ahmadi dan Riwikdo, Handoko. 2007. Fisika Kesehatan. Mitra Cendikia Press :
Yogyakarta
4. Sutedjo. 2005. Fisika Teknologi dan Industri. Yudhistira : Bogor

0 komentar:

Posting Komentar