Dahulu Hajar Aswad berupa batuan utuh yang diperkirakan berukuran 30 cm. Kini merupakan 15 pecahan yang ditanam dalam sebuah matriks semen sebagai pengikatnya, yang dilakukan pada masa restorasi al-Utsmani tahun 1631. Dari 15 pecahan, hanya 8 yang nampak di permukaan matrik. Matriks semen
selanjutnya dilindungi dengan lingkaran perak, kebiasaan sejak zaman Abdullah ibn Zubair di akhir kekhalifahan Khulafaur Rasyidin.


Sebenarnya sangat sulit memahamkan Hajar Aswad sebagai meteorit. Beberapa sifat dasar Hajar Aswad, seperti diketahui pada tahun 950 saat Gubernur Makkah Abdullah ibn Akim menguji batu-batu yang diduga Hajar Aswad yang dicuri sekte Ismailiyah Qaramithah 22 tahun sebelumnya, adalah terapung di air dan tidak pecah/terpanaskan meskipun dibakar di nyala api. Terapung di air menandakan densitas (massa jenis) Hajar Aswad lebih kecil dibanding densitas air, sehingga densitas Hajar Aswad kurang dari 1 gram/cc. Sementara tidak terpanaskan tatkala dibakar menunjukkan konduktivitas termal Hajar Aswad rendah dan tidak pecah akibat panas menunjukkan kekuatannya (daya ikat antar penyusunnya) cukup tinggi. Sifat lainnya, sebagaimana dipaparkan geolog Farouk el-Baz tatkala menunaikan ibadah haji, adalah tingkat kekerasannya yang tinggi (minimal skala Mohs 7 atau setara batu permata). Sifat lainnya lagi adalah warnanya yang putih susu, sebagaimana dipaparkan sejarawan Muhammad ibn Nafi al Khaza’i yang menyaksikan langsung kondisi Hajar Aswad menjelang restorasi Sultan Murad al-Utsmani di tahun 1631.

Hajar 'Aswad merupakan batu yang dalam agama Islam dipercaya berasal dari surga. Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim. Dahulu kala, batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh jazirah arab. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Batu ini memiliki aroma wangi yang unik dan ini merupakan aroma alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya. Saat ini batu tersebut ditaruh di sisi luar Ka'bah.
Dalam Islam, kaum Muslim berusaha untuk menyentuh atau mencium Hajar Aswad jika sedang melaksanakan ibadah haji atau umrah. Mereka melakukannya karena mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Ka’Bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut (dari Ka’Bah) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.

Sabda Rasulullah:
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda :
"Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam"

0 komentar:

Posting Komentar