Pejabat militer mesir memberikan peringatan keras terhadap negara israel khususnya militer israel yang hendak menggelar operasi militan di semenanjung sinai.
Daerah ini kerap menjadi pusat sengketa antara berbagai negara, karena lokasi
geopolitik yang strategis. Sebelum berada di bawah pemerintahan langsung negara Mesir (termasuk wangsa Ayyubid, kesultanan Mamluk, wangsa Muhammad Ali, dan republik Mesir di zaman modern), tanah ini dikuasai oleh kekaisaran Ottoman, sekaligus dengan seluruh tanah Mesir, dan kemudian oleh negara Britania Raya yang memerintah di Mesir dari tahun 1882 sampai 1956. Israel menyerang dan menduduki Sinai selama Krisis Suez (dikenal di Mesir sebagai Tripartite Aggression) pada tahun 1956, dan selama Perang Enam Hari pada tahun 1967. Pada tanggal 6 Oktober 1973, Mesir melakukan serangan mendadak untuk menguasai semenanjung ini dalam Perang Yom Kippur, dan daerah ini menjadi ajang pertempuran sengit antara tentara Mesir dan Israel. Pada tahun 1982, sesuai Perjanjian Damai Israel-Mesir tahun 1979, Israel menarik mundur tentaranya dari seluruh semenanjung Sinai. Sekarang, Sinai menjadi obyek turis karena keindahan alamnya, kekayaan batu-batuan karang di laut, serta sejarah Alkitab.

Menurut salah seorang pejabat militer mesir hal itu telah melanggar perjanjian, apalagi Militer israel membawa Pasukan dengan skala besar. Masalah kehadiran militer Israel dan Mesir di Semenanjung Sinai sudah diatur dalam Perjanjian Camp David 1979, yang merupakan perjanjian damai antara kedua pihak itu. Di bawah perjanjian itu, Mesir hanya diperbolehkan untuk menempatkan tidak lebih dari satu divisi mekanik atau infantri di Sinai.
Militer Mesir akan mengambil tindakan tegas apabila operasi militan terhadap israel direalisasikan,

0 komentar:

Posting Komentar