Sebagai pelajar haruslah mampu menerapkan ilmu positif yang didapat disekolah, dilingkungan maupun di dalam keluarga. Saat ini marak sekali kejadian tawuran dikalangan pelajar. Berbagai penyebab yang sepele saja dapat menimbulkan tawuran. Padahal apabila kita lihat, hal ini berasal dari individu lalu menyebar ke
kelompok tertentu, yang akhirnya berujung pada tawuran. Lalu apakah penyebab pelajar saat ini mudah sekali terpancing emosinya? Apakah karena jiwanya masih labil? Atau mungkin mereka memiliki rasa jagoan? Sehingga mereka tidak ingin dikalahkan? Lalu salah siapah ini? Siapakah yang paling bertanggung jawab atas hal ini? Hukuman apakah yang pantas mereka dapatkan?

Berikut ini adalah tempat atau orang yang paling bertanggung jawab:
Pertama: Pemerintah
Dalam hal ini pemerintah memegang peranan yang penting dalam menunjang pendidikan. Dengan adanya sistem pendidikan yang baik, maka sekolah akan memberikan efek positif kepada siswa-siswinya. Salah satu contoh kesalahan fatal pemerintah dibidang pendidikan adalah penerapan standart mutu pendidikan yang dijalan hanya setengah-setengah, disini kita lihat sekolah-sekolah favorit, memiliki peralatan yang lebih lengkap dalam menunjang pendidikan, misalnya saja computer untuk praktik siswa, perlengkapan laboratorium, perpustakaan dan lain-lain yang serba berlebih. Hal ini jauh berbeda dengan sekolah yang kurang favorit, semuanya serba terbatas, bahkan ada yang tidak memiliki lab. komputer untuk menunjang kegiatan belajar siswanya. Nah dari sini dapat kita lihat, sekolah manakah yang paling banyak melakukan tawuran? Apakah sekolah favorit? Silahkan anda pikir sendiri!

Kedua: Sekolah
Disini peranan yang sangat penting dipegang oleh guru, dimana guru harus mampu mengarahkan siswanya kearah yang positif. Guru diharapkan juga mampu mengenali karakteristik siswanya, apakah siswa tersebut adalah siswa bermasalah atau tidak, dan jangan sampai guru tersebut tidak menghiraukan siswanya alias cuek. Guru juga diharapkan mampu menerapkan dan menyampaikan sikap saling menghormati dan toleransi, tidak sebatas ucapan saja, melainkan perbuatan dari guru itu sendiri, mendorong siswa-siswanya untuk lebih kreatif, mendorong siswanya untuk berinovasi, menyalurkan bakatnya.

Disekolah tentu ada yang namanya pelajaran Pendidikan Agama Islam, nah disini ada masalah besar, contohnya saja apabila ada siswa yang ketahuan merokok dilingkungan sekolah pasti akan dimarahi (semoga sang guru tidak ada yang merokok baik didalam maupun luar sekolah), berbeda dengan siswi yang tidak menutup aurat (bagi yang beragama Islam), padahal jelas sekali dalam Islam menutup aurat itu hukumnya wajib, tidak menutup aurat merugikan siswa lain, salah satunya timbul perasaan ataupun pikiran tertentu! Lalu apakah siswi yang tidak menutup aurat dimarahi oleh guru? Mungkinkah guru berfikir itu hak siswinya? Salah besar kalau ada guru yang berfikir seperti itu, itu merupakan kewajiban, sudah bukan hak siswinya lagi, karena untuk kepentingan bersama bukan individu!!

Ketiga: Keluarga
Peranan keluarga disini sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang, apalagi orang tua mampu mengarahkan sang anak, memantau, serta orang tua tidak sibuk dengan pekerjaannya, selalu mendorong sang anak untuk berinovasi, mendorong hoby positif sang anak, serta membangun kreatifitas sang anak.  Kontrol  terhadap anak diharapkan dapat secara penuh.

Keempat: Lingkungan (Masyarakat)
Lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian seseorang, lingkungan positif membuat seseorang berperilaku dan bersikap positif, sedangkan lingkungan negative akan mengarahkan seseorang ke arah negative pula, disini godaan sangat besar, karena keanekaragaman sifat seseorang yang berkumpul (masyarakat). Ilmu yang di dapat dari sekolah dan keluarga dipertaruhkan disini, sebab di lingkungan tidak ada yang memantau, cenderung orang bebas berbuat apa saja alias sesuai keinginannya, apalagi pelajar diusianya memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar dengan cara mencoba-coba. Apabila seseorang tersebut terlanjur terjerumus ke jalan yang salah, maka dia akan labil, mudah tersinggung, sehingga saling ejek atau bahkan saling pandang (tatap mata) diartikan sebagai sebuah tantangan) yang memicu perkelahian.

0 komentar:

Posting Komentar